PROBLEMATIKA MANUSIA MASA MILENIAL

 

Tergolong menjadi dua bagian problematika umat manusia pada zaman ini, yaitu problem fisik dan kesehatan batin. Problem fisik bisa dilihat dari mudahnya seseorang diserang penyakit, dan problem kesehatan batin ditandai dengan stres, putus asa dsb.

Di antara dua penyakit tersebut yang paling berbahaya dan pengaruhnya lebih kuat adalah penyakit batin (jiwa). Para ahli medis menyatakan bahwa hasil penilitian mereka 80% penyebab seseorang rentan sakit karena virus dan bakteri. Hal itu disebabkan karena stress sehingga menimbulkan turunnya imun pada tubuh yang membuatnya menjadi lemah dan tidak berenergi. Jadi yang sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya stress tersebut yaitu ketenangan.

Dalam buku The Turning Point yang ditulis oleh Fritjof Copra, ia mengatakan bahwa manusia modern di abad ini telah mengalami suatu krisis global yang sangat kompleks dan multidimensional. Krisis tersebut menyentuh semua aspek kehidupan, seperti kesehatan, keadaan lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, dan krisis spiritual yang diduga belum terjadi di dalam sejarah.

Hasil survei Fair Easten Economic Review (FEER) menyebutkan bahwa Indonesia adalah masyarakat Asia kedua yang penduduknya mengalami gangguan kejiwaan ,depresi, dan stress yang disebabkan oleh perasaan khawatir, was-was, dan rasa takut yang berlebihan. Adapun masalah yang membuat khawatir, was-was dan takut itu adalah problem keuangan dan kesehatan.

Data tersebut diperkuat oleh hasil survei kesehatan yang menyebutkan bahwa  sekitar 250 dari 1.000 rumah tangga dari penduduk Indonesia menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa. Hal ini menunjukkan setiap rumah tangga paling tidak satu orang yang mengalami gangguan jiwa, baik ringan maupun berat. Kondisi tersebut semakin diperparah oleh kelakuan remaja yang terkontaminasi dengan pergaulan bebas, menjadi pengedar narkoba atau sebagai konsumennya, sehingga hal ini selain merusak mental juga berdampak pada kemerosotan moral.

Nah, terbukti pemakai narkoba di Negeri ini mencapai 1,6 juta orang (data ini masih terus berkembang). Coba kita bayangkan, jika yang beredar dalam ruangan bisnis narkotika ini sejumlah 160 M perhari atau setara 58, 4 triliun pertahun dan setiap orang mekonsumsi Narkoba dengan biaya rata-rata 100.000 tiap hari, angka yang sangat fantastik bukan?, dan jika hal ini digunakan untuk rehabilitasi para pecandu narkoba, maka 1,6 juta pecandu narkoba yang harus direhabilitasi selama 2 tahun dalam 24 bulan dengan biaya rata-rata 1.000.00 perorang setiap harinya. Maka pemerintah harus mengeluarkan uang sebesar 38,4 trilliun. Bayangkan saja biaya sebesar itu seharusnya untuk meretas kemiskinan, namun sayangnya uang sebesar itu digunakan untuk mensetabilkan para pecandu narkoba.

Efek lain dari narkoba terhadap mentalitas remaja menyebabkan terjadinya pertikaian, bertindak seperti premanisme. Bukan hanya di kalangan remaja saja, akan tetapi banyak di kalangan masyarakat, bahkan solidaritas kerap dijadikan argumentasi sebagai pembenaran dan kerusakan hingga pembunuhan pun seakan telah biasa.

Kebrutalan dekadensi moral ini tak lagi dapat dipungkiri lagi, Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa “kefakiran itu akan mendekatkan kita pada kekufuran.” Keterhimpitan ekonomi juga menjadi faktor yang menyebabkan anak generasi bangsa mudah sekali berputus asa terhadap Allah SWT. Akibatnya kebanyakan orang lebih suka menyendiri, mendugem di diskotik, mendatangi dukun, dan berakhir dengan pesta narkoba, dan kebanykan mengahiri hidupnya dengan bunuh diri. Sementara itu rumah tangga yang seharusnya menjadi pilar utama pemuda generasi bangsa pun rapuh terhantam badai karena pertengkaran dan percerayan yang dianggap sudah biasa. Dengan entengnya mereka beralasan bahwa perceraian adalah jalan yang terbaik. Padahal rumah tangga adalah wadah pertama dan utama yang harus kita selamatkan terlebih dahulu setelah mengawal dan menyelamatkan diri sendiri dan keluarganya Sebagai mana firman Allah yang artinya sebagai berikut; 

 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan; Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi Balasan menurut apa yang kamu kerjakan”.

Di dalam tafsir al-Misbah volume 14 karangan dari prof. Dr. M Quraih Shihab menafsirkan ayat tersebut; Dalam suasana peristiwa yang terjadi di rumah tangga Nabi SAW. Ayat ini memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa : "Hai orang-orang yang beriman , peliharalah diri kamu antara lain dengan meneladani Rasulullah dan pelihara juga keluarga kamu yakni istri, anak-anak dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawabmu dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang kafir dan juga batu-batu antara lain yang dijadikan berhala. Di atasnya yakni yang menangani Neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuni adalah malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati dan perlakuannya, yang keras-keras perlakuannya dalam melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang dia perintahkan kepada mereka sehingga siksa yang mereka jatuhkan. Kendati mereka kasar tidak kurang dan tidak lebih dari apa yang diperintahkan Allah, yakni sesuai dengan dosa yang diperbuat."

Dalam penyiksaan itu, para malaikat tersebut senantiasa juga berkata: "Hai orang-orang kafir yang enggan mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-nya, janganlah kamu mengemukakan uzur yakni mengajukan dalih untuk memperingan kesalahan dan siksa kamu pada hari ini. Karena kini bukan lagi masanya untuk memohon ampun atau berdalih, ini adalah masa jatuhnya pertanggung jawaban selama yang kamu perbuat di dunia."

Ayat enam di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di atas secara redaksional tertuju pada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan hanya tertuju kepada pria saja. Sebagaimana ayat yang serupa (misalnya ayat yang merintahkan berpuasa) yang tertuju pada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangannya sebagai tanggung jawab atas perbuatannya. Bahwa manusia menjadi bahan bakar neraka, dipahami oleh Thabathaba’i dalam arti manusia terbakar dengan sendirinya. Menurutnya ini sejalan dengan QS. Al-mu’minun [40]: 72, yang artinya sebagai berikut; 

“ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,”

Malaikat yang disifati dengan (غلاظ) ghilazh kasar bukanlah dalam arti kasar jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena malaikat adalah makhluk-makhluk halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut harus dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapannya. Mereka telah diciptakan Allah khusus untuk menangani neraka. “hati” mereka tidak iba atau tersentuh oleh rintisan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan Allah dengan sifat sadis, oleh karna itulah maka mereka (شداد) syidad keras, yakni makhluk yang keras hatinya dan keras pula perilakunya.


Oleh: Muarrofah Az-Zahry
Kader PMII STIUDA Cabang Bangkalan 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PROBLEMATIKA MANUSIA MASA MILENIAL" 1 Response to "PROBLEMATIKA MANUSIA MASA MILENIAL"

Posting Komentar

Tag Terpopuler