KEMAMPUAN BERFIKIR

Foto istimewa

SahabatLiterasi.com_Bertemu dengan orang yang akalnya tidak dipakai adalah sesuatu yang menyebalkan. Bagaimana tidak, orang yang tidak memakai akalnya terlebih dahulu dalam melakukan sesuatu akan mengalami kecewa dan cenderung menyusahakan diri sendiri serta akan dapat merambat pada orang di sekitarnya.

Akal merupakan sebuah karunia terbesar dalam diri manusia normal, sampai-sampai orang yang tidak memiliki akal (gila) itu dikatakan manusia tidak normal. Di dalam agama Islam orang yang tidak berakal (gila) tidak diwajibkan untuk shalat yang mana shalat adalah kewajiban mutlak bagi orang muslim. Di dalam sains, yang membedakan antara manusia dan hewan adalah kemampuan akal yang mumpuni. Betapa vitalnya akal dalam identitas kemanusiaan.

Akal yang digunakan dengan baik oleh manusia akan mengalami proses yang namanya berfikir. Manusia yang tidak berfikir akan mengalami ke bodohan dalam bertindak, karena dengan berfikir akan ada ide yang ditimbulkan, konsep yang dibuat serta inisiatif yang jelas.

Contohnya, ketika kita bertemu dengan orang yang kegiatannya hanya didasarkan otot atau selalu dikaitkan dengan kerja kasar, bisa dipastikan bahwa orang tersebut lebih sedikit waktu berfikirnya. Lain halnya dengan pekerja kantoran, yang waktu berfikirnya pasti lebih banyak dari pada waktu kerja ototnya. (Kerja otot & Kerja otak).

Orang yang kemampuan berfikirnya kurang dimaksimalkan akan cenderung memiliki kemungkinan menyesal lebih besar dari pada orang yang kemampuan berfikirnya digunakan dengan baik sebab, tidak ada konsep matang ketika melakukan sesuatu, akibatnya terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan kemudian kecewa dengan hasil yang kurang, bahkan nihil.

Oleh karena itu berfikir merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan dalam kondisi apapun dan masalah apapun.

Jika dikutip dari kata Rene Decrates "Aku berfikir maka aku ada".

Oleh: Sahabat Toti Hidayat (Kader PMII STIUDA Bangkalan)