EKSISTENSI KOPRI DAN PERANANNYA DALAM LINGKUP PESANTREN

Mahasantri.Com

 Sahabatliterasi.com–Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia atau yang biasa disingkat dengan istilah PMII merupakan sebuah organisasi ekstra kampus terbesar di Indonesia. Berdasarkan kestrukturan, PMII memiliki badan semi otonom yaitu korps pergerakan mahasiswa Islam Indonesia putri atau yang biasa disingkat dengan KOPRI.

KOPRI merupakan persatuan atau perkumpulan sekelompok orang dalam satu wadah tertentu dimana yang dimaksud sekelompok tersebut adalah perempuan-perempuan yang mengikuti organisasi PMII.  Jika kita mendengar yang namanya PMII maka mungkin yang tergambar dalam benak kita hanya aksinya saja atau lebih jelasnya demo. Begitu pula dengan KOPRI yang notabenenya merupakan semi otonom dari PMII itu sendiri, namun tentu tidak bisa dinafikan karena organisasi PMII memang lebih dominan dan lebih populer dengan aksinya tersebut. 

Apabila kita melirik sejarah dari pada berdirinya KOPRI tentu begitu banyak perjuangan serta pengorbanan. Karna pada dasarnya tujuan dari adanya KOPRI untuk mengatasi masalah-masalah perempuan yang mungkin tidak bisa diatasi oleh laki-laki, namun KOPRI juga bisa beraksi seperti kader-kader putra pada umunya, mengingat manhajul fikr serta NDP yang digunakan oleh KOPRI dan PMII itu sama tidak ada bedanya. Oleh karenanya banyak orang bertanya jika kita menjadi seorang KOPRI yang notabenenya dalam ranah pesantren, lalu bagaimana cara bergerak sebagai KOPRI yang selaras dengan tujuan PMII itu sendiri, hal tersebut menjadi polemik bagi kader KOPRI hususnya yang masih aktif di pesantren.

Menjadi seorang KOPRI tentu harus memiliki jiwa yang kuat, sebab salah satu tujuannya yaitu menghapuskan deskriminasi yang terjadi pada kaum perempuan. Dengan hadirnya KOPRI ini diharapkan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga kemandirian seperti yang diharapkan oleh masyarakat terutama perempuan terwujud. Yang menjadi polemik yang berada di masyarakat bagi KOPRI yang statusnya masih seorang santri adalah bergerak dalam ranah pesantren itu sulit, lebih-lebih jika dalam masalah gender, pesantren terpisah antara putra dan putri. Seorang KOPRI harus mampu menjawab adanya pertanyaan-pertanyaan yang sering kali muncul tersebut.

Bergerak dalam ranah pesantren bukanlah suatu permasalahan bagi kader KOPRI bahkan dalam ranah pesantren kita sudah banyak mengaplikasikan manhajul fikr serta NDP yang ada dalam PMII. Dalam pesantren banyak sekali gerakan-gerakan yang dapat kita aplikasikan selaku seorang KOPRI, seperti dalam NDP yang mana isi dari pada NDP itu sendiri adalah tauhid, hablun minal Allah, hablun minan nās, dan hablun minal ‘alam. Dari ke tiga unsur tersebut sudah kita aplikasikan langsung didalam pesantren terhususnya, dalam bidang tauhid kita sudah di gembar-gemborkan dengan ajaran tauhid, yang mengindikasikan kita agar kita tidak menyekutukan Allah dan berhubungan dengannya dengan tanpa perantara apapun selain amalnya sendiri, didalam pesantren kita juga sering mengimplementasikan tentang namanya hablun minan Nās dan  hablun minal ‘alam sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak interaksi antara satu dan yang lainnya, mengingat manusia itu sendiri merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan, begitu juga dengan peduli lingkungan kita di tuntut untuk menjaga lingkungan pesantren agar tetap indah dan bersih dangan cara piket dan kerja bakti atau hal lain yang semacamnya.

Ketua PB KOPRI periode 2021-2023, Maya muizatil lutfilah pernah berkata “kader kopri yang maju adalah kader yang memiliki mental yang kuat, pengetahuan yang mumpuni, serta spiritualitas yang tinggi.’’ Oleh karena itu sebagai organisasi mahasiswa perempuan terbesar di Indonesia, konsep kaderisasi dalam KOPRI jangan hanya untuk mencari kader sebanyak-banyaknya tetapi harus pula menjadi proses pembelajaran dan penempaan diri, etika, serta intelektualitas. Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan kader KOPRI yang berkualitas.

Dari penyampaian PB KOPRI tersebut sangatlah relevan dengan keberadaan KOPRI yang masih menyandang status santri, karna belajar di dalam pesantren itu sangat efisien dikarenakan tidak memiliki kesibukan lain selain belajar dan mengasah ilmunya. Tingkat kefokusannya juga akan lebih meningkat dibandingkan dengan tingkat kefokusan yang tidak menyantri yang cenderung sibuk dengan pekerjaan atau hal-hal yang lainnya.

Sebagai seorang kader pergerakan tentunya harus mampu memberikan perubahan-perubahan yang mungkin tidak selaras dengan norma-norma. Kader-kader KOPRI juga di tuntut agar menjadi kader yang maju dan mandiri berati memliki jiwa kepemimpinan yang matang, siap mengambil resiko, dan berani bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Dalam lingkup pesantren kita selaku kader KOPRI juga berpeluang bergerak dalam hal kepemimpinan yang mana dalam pesantren kita juga di paksa bisa memimpin kestrukturan, serta kemandirian dengan jiwa ke-KOPRI-an yang telah kita miliki.

Dalam lingkup pesantren kader KOPRI juga memiliki keterbatasan dalam dunia pergerakan, yakni dalam dunia aksi atau perdemoan mungkin dalam hal aksi kita memang tidak bisa menafikan bahwa kita tidak dapat beraksi karena masih menyandang status santri. Oleh karennya untuk hal semacam itu kita tidak perlu ikut beraksi cukup dengan berlitersi menyuarakan hak-hak yang mungkin tertindas.

Menjadi seorang KOPRI tidaklah masalah menyandang status santri karena dunia pergerakan bukan hanya dunia perdemoan, melainkan beraksi dalam hal-hal yang terzalimi, karena bergerak merupakan tanda bahwa kita masih hidup, tidak bergerak merupakan tanda bahwa kita sudah mati.


Penulis: Maweddeh (Kader KOPRI PMII STIUDA)

Editor: Redaksi 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "EKSISTENSI KOPRI DAN PERANANNYA DALAM LINGKUP PESANTREN" 1 Response to "EKSISTENSI KOPRI DAN PERANANNYA DALAM LINGKUP PESANTREN"

Posting Komentar

Tag Terpopuler