INDEPENDENSASI PEREMPUAN DALAM RANAH PUBLIK

Strong woman.Com


 Sahabatliterasi.Com–Dalam berbagai dimensi kehidupan, perempuan merupakan objek yang tidak pernah selesai dibahas dan dikaji dengan persepsi tempatnya yang hanya berporos pada tiga tempat, yaitu kasur, dapur dan sumur. Tiga tempat yang selalu dikaitkan dengan perempuan dan konsep kewanitaannya banyak mendoktrin pikiran-pikiran perempuan hingga akhirnya stagnan dan membuat pemikiran tersebut mengakar dalam setiap kepala ketika membahas peran perempuan.

Tiga tempat yang selalu disebut-sebut sebagai hakikat dari tempat seorang wanita yang sesungguhnya, hanya mengakui peranan seorang perempuan dalam ranah domestik saja. Peranan wanita dalam ranah publik rupanya masih terdoktrin dengan kepemimpinan laki-laki dalam ranah domestik sehingga masih banyak pertentangan di tubuh masyarakat tentang independensi dan kepemimpinan peranan perempuan dalam ranah publik.

Pembagian tugas dalam rumah tangga antara laki-laki dan perempuan semakin mempertegas pernyataan bahwa hanya rumahlah yang dijadikan tempat berkecimpung bagi seorang perempuan. Pada zaman yang sudah tidak lagi milenial ini, banyak masyarakat yang menggaungkan konsep penyetaraan gender dalam berbagai bidang di ranah publik dengan dalih HAM (hak asasi manusia). keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah, hingga penempatan mereka dalam berbagai bidang perpolitikan menunjukkan adanya pergeseran budaya dunia tentang perempuan.

Penyamaan laki-laki dan perempuan dalam konsep HAM, membuat perempuan memberanikan dirinya untuk berekspresi dalam dunia publik bahkan jika memungkinkan seorang perempuan yang mampu memimpin seorang laki-laki. Semaraknya kehidupan wanita-wanita karir bahkan adanya lowongan pekerjaan diberbagai bidang bagi tenaga kerja perempuan sudah sedikit demi sedikit membuktikan adanya upaya menyamaratakan hak antara laki-laki dan perempuan.

Pada zaman ini, perempuan sudah tidak lagi terdoktrin dengan peranannya yang hanya sebatas dalam ranah domestik. Namun, sebagai kaum terpelajar perempuan juga memiliki kesempatan yang sama untuk mengisi ketenaga kerjaan sesuai dengan passionnya masing-masing. Berbeda dengan ranah domestik yang hanya mengharuskan kepemimpinan berada ditangan laki-laki, penyetaraan gender juga dimaksudkan dengan penyamaan hak untuk menjadi pemimpin bagi seorang perempuan jika memiliki keahlian dan kemampuan yang mumpuni.

Meskipun masih banyak digugat oleh berbagai kalangan, kepemimpinan perempuan nyatanya sudah terealisasikan dengan diangkatnya Megawati sebagai presiden Indonesia di masanya. Adanya penyetaraan gender ini dimaksudkan untuk mengesampingkan konsep maskulinitas dalam ranah publik. Perempuan dalam lingkungan luar rumah memiliki kebebasan berekspresi, juga berkesempatan menjadi pemimpin, serta keikutsertaannya dalam mengisi lowongan kerja.

Kepemimpinan seorang perempuan ini ditunjukkan dengan adanya 30,63% manajer yang berjenis kelamin perempuan pada tahun 2019, meskipun masih berbanding jauh dengan banyaknya manajer laki-laki setidaknya upaya independensasi peranan perempuan dalam ranah publik sudah mulai menemukan titik terangnya dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Banyaknya kaum-kaum intelektual dari kalangan perempuan menyebabkan terbukanya lapangan kerja bagi perempuan.

Adanya dukungan terhadap berkembangnya presentase tenaga kerja perempuan memiliki beberapa alasan yang diungkapkan oleh Satu, menurutnya keterlibatan perempuan dalam ranah publik akan mendorong tingginya tingkat keberagaman gender yang akan memunculkan ide-ide baru yang berinovasi serta meningkatkan kinerja bisnis, Indonesia hanya perlu mengeksplorasi semua peluang untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi dari tenaga kerja perempuan.

Melihat kehidupan perempuan dalam ranah domestik yang mengharuskannya mengurus keperluan rumah tangga, terlebih dalam masalah mengurus anak menimbulkan konsep independensasi tenaga kerja perempuan kembali diperbincangkan dengan beberapa tanggapan pro-kontra yang ditemukan. Dengan begini, pendirian tempat penitipan dan pengasuhan anak akan membawa dampak positif yang signifikan bagi tenaga kerja perempuan.

Jadi, independensasi tenaga kerja perempuan dalam ranah publik serta kesempatannya untuk menjadi seorang pemimpin akan dapat terealisasikan dengan mengatasi permasalahan dan hambatan perempuan yang bertanggung jawab dalam ranah domestik. Penyetaraan gender ini dipandang sangat penting untuk memajukan sosial ekonomi dan pembangunan, sehinnga perempuan juga bisa berekspresi dalam menjalani hidup di zaman yang sudah serba ada ini.


Penulis: Wiwik Halwiyah (Kader KOPRI PMII STIUDA)

Editor: Redaksi 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "INDEPENDENSASI PEREMPUAN DALAM RANAH PUBLIK" 1 Response to "INDEPENDENSASI PEREMPUAN DALAM RANAH PUBLIK"

Posting Komentar

Tag Terpopuler